KUTUKAN KUDUNGGA, RAJA SALAH RAJA DISEMBtAH

Posted : 24 Sep 2011

Djarum Apresiasi Budaya bekerjasama dengan PT. Kahyangan Abadi Andalan mempersembahkan pementasan Kutukan Kudungga, sebuah kisah legenda yang berkembang di Kalimantan. Pementasan ini  diadakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 23 - 24 September 2011, mulai pukul 20.00 WIB. 

 
Dalam pementasan Kutukan Kudungga ini, diceritakan mengenai kecemasan yang melanda tidak hanya terjadi di kalangan manusia, tetapi juga mengganggu stabilitas jagat lelembut, roh-roh, atau dhemit. Para demit terusik dan tergusur oleh proyek-proyek yang terus berlangsung. Mereka mengadu ke roh leluhur, tetapi mereka harus menerima kenyataan, betapa mereka kini mesti menghadapi zaman yang resah. Para demit pun ketakutan ketika hutan-hutan tempat tinggal mereka dibabat dan diterjang para pengusaha rakus. Para demit itu berteriak menggugat, bahkan mengadukan nasibnya ke leluhur demit. Bahkan, mereka pun mencoba mengadakan perlawanan. Namun, para demit tetap saja kalah tak berdaya. Hutan-hutan itu terus saja digasak demi keuntungan pengusaha. tertentu 
 
Ada pesan tersembunyi dalam kutukan itu, bahwa kekayaan alam akan berguna, membawa kemasyalahatan, bila dimanfaatkan seluas-luasnya untuk masyarakat setempat. Ketika kekayaaan alam itu dieksploitasi, dan masyarakat seperti tak menikmati, maka akan mengakibatkan kecemasan dan gugatan. Dan itulah yang menjadi kisah dasar dari pertunjukan ini.
 
“Kami bangga menjadi bagian dari penyelenggaraan program Indonesia Kita. Pada pementasan kali ini, kami ingin menghadirkan dan mempopulerkan kembali salah satu cerita legenda daerah yang sangat kaya akan filosofi luhur, supaya masyarakat semakin bangga akan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia.” ujar Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. 
 
Lakon Kutukan Kudungga diangkat dari akar legenda dan dipadukan dengan lakon yang pernah dimainkan oleh Teater Gandrik, yakni Dhemit, sebuah lakon satir yang ditulis oleh Heru Kesawa Murti. “Kami mendiskusikan lakon ini bersama Heru Kesawa Murti, untuk mengolahnya kembali. Sehari setelah kami, kawan-kawan Teater Gandrik, bertemu dan berdiskusi, ternyata Heru meninggal dunia,” ujar Butet Kartaredjasa. “Maka, apa yang kini diteruskan oleh kawan-kawan Teater Gandrik dalam pementasan ini, menjadi semangat untuk meneruskan gagasan-gagasan Heru yang sempat kami obrolkan itu.”
 
Beberapa seniman yang turut memeriahkan pementasan kali ini yaitu, Dik Doank, sosok yang memang dikenal peduli dengan persoalan lingkungan dan anak-anak Kandank Jurank Doank, Marwoto, Susilo Nugroho, serta Teater Gandrik. Tidak ketinggalan para Seniman Samarinda, Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, para penari dan pemusik, bahkan sebuah Band Dead Metal dari Kutai Timur, yakni KAPITAL Band. 
 
Kutukan Kudungga merupakan pentas kelima dari program Indonesia Kita dengan tim kreatif antara lain; Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto. Sebelumnya, Indonesia Kita  telah menghadirkan Laskar Dagelan , Beta Maluku, Mak Jogi, dan Kartolo Mbalelo. Acara ini sangat sukses dan memberikan hiburan yang menyegarkan bagi para penonton. Apalagi selama kegiatan berlangsung juga disediakan pasar kuliner yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia.
 

Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya