“Kanjeng Sepuh”, Program Indonesia Kita Tahun 2019

Posted : 23 Mar 2019

Trio seniman kreatif Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto kembali hadir dalam program Indonesia Kita tahun 2019. Pentas ke-31 yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini hadir dengan judul “Kanjeng Sepuh”, dan diselenggarakan pada tanggal 22 dan 23 Maret 2019 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.     

“Program Indonesia Kita senantiasa menampilkan pementasan yang tak hanya menghibur namun juga mengajak para penontonnya untuk selalu menghargai dan mencintai budaya Indonesia. Kepiawaian trio seniman handal, Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto mengolah ide kreatif mereka ke dalam panggung pertunjukan, bersambut hangat dengan para pemain dan tim pendukung yang tak kalah hebatnya, maka lakon-lakon persembahan Indonesia Kita menjadi sayang bila dilewatkan,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Di tahun 2019, Program Indonesia Kita hadir kembali dengan mengangkat “Jalan Kebudayaan Jalan Kemanusiaan” sebagai tema utama. “Pentas-pentas Indonesia Kita memilih kesenian sebagai upaya untuk menjadi Indonesia, kini semakin terasa relevan untuk mengajak, menemukan, dan menumbuhkan kembali kepekaan, kesadaran, dan kemanusiaan kita,” ujar Butet Kartaredjasa, selaku penggagas dan tim kreatif Indonesia Kita.

Melalui lakon-lakon yang digelar Indonesia Kita, seni pertunjukan sering diibaratkan seperti oase di tengah kegersangan. Indonesia Kita menghadirkan seni di antara masyarakat yang melampaui sekat dan batas-batas suku, agama, dan orientiasi politik. Seni merupakan refleksi kompleksitas manusia dengan beragam dimensi. “Kesadaran inilah yang mendasari proses kreativitas dalam menciptakan pertunjukan Indonesia Kita sepanjang tahun 2019 di mana kita semua berada di antara gegap gempita peristiwa politik, namun kebudayaan mengingatkan kita untuk memuliakan manusia,” tambah Butet.

Kanjeng Sepuh bercerita tentang orang-orang yang merasa ditinggalkan oleh zaman, hanya karena mereka tua. Di usianya yang semakin senja, seorang pemain wayang orang yang terkenal merasa kesepian karena orang-orang di sekelilingnya mulai mengabaikannya. Bagaimanapun, zaman telah berubah. Suatu hari pemain wayang itu menyatakan bahwa ia didatangi Semar. Ia menyatakan diri bahwa ia adalah titisan Semar. Oleh orang-orang sekelilingnya, bahkan juga oleh sahabat-sahabat seumurannya, dia hanya dianggap cari perhatian. Apalagi tingkah Semar itu memang sering kekanak-kanakan.

Pementasan ini dimeriahkan oleh penampilan Sujiwo Tejo, Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Wisben, Joned, Yu Ningsih, Wulan Guritno, Soimah, Endah Laras, Rita Tila, SAHITA, EKI Dance Company, Bianglala Voice, Bintang Indrianto, dan masih banyak lagi. Penata tari oleh Yosep Wahyu Tristiantoro, Kojack Kodrata, dan Kresna ‘Peceng’ Wijaya yang selaras dengan iringan musik yang ditata oleh Bintang Indrianto dan artistik dari Ong Hari Wahyu. Naskah garapan Agus Noor ini disutradarai oleh Sujiwo Tejo dengan tim kreatif Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto.

Indonesia Kita mulai menggelar pertunjukan sejak tahun 2011, dan sejak itulah pentas-pentas yang diadakan menjadi “laboratorium kreatif” bagi berbagai seniman, baik lintas bidang, lintas kultural dan lintas generasi. Berjalan dari satu pentas ke pentas lainnya, pada akhirnya mengkristal menjadi sebuah ikhtiar untuk semakin memahami bagaimana proses “menjadi Indonesia”.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya