Rayakan Hari Tari Dunia 2019, ISI Surakarta Gelar 24 Jam Menari ke-13

Posted : 30 Apr 2019

Tahun 2019, ISI Surakarta kembali menunjukan eksistensinya melalui penyelenggaraan kegiatan World Dance Day 24 Jam Menari yang ke-13. Acara ini digelar pada 29-30 April 2019 pukul 06.00-06.00 WIB. Kesuksesan Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sebagai pelaksana perayaan World Dance Day sejak tahun 2006, dengan tema “24 Jam Menari” mendorong semua pendukung acara, institusi, panitia performer, penonton dan kritikus tari untuk terus menyepakati bahwa event World Dance Day yang dirayakan setiap tanggal 29 April dijadikan event besar dunia tari di Indonesia. Dengan adanya event ini diharapkan dapat memberikan ruang apresiasi berbagai macam bentuk seni yang ada di Indonesia, dari penari usia dini sampai dewasa serta tidak menutup kemungkinan untuk penari difable, serta mampu menampilkan kesenian rakyat, kesenian modern sampai kesenian ritual.

Adapun tema yang diangkat untuk tahun ini adalah #GegaraMenari “urip mawa urup, urip hanguripi”. Salah satu pepatah Jawa yang bermakna sangat dalam yaitu, hidup dengan semangat, hidup memberi hidup. Tema ini mencerminkan bahwa dari awal tari telah menjadi entitas yang menyatu dengan kehidupan masyarakat hingga akhirnya tari bisa menghidupi masyarakat, membangun citra bangsa menjadi bangsa yang santun, beradab, mulia dan bermartabat. Pengambilan tema #GegaraMenari diharapkan mampu menjadi tagline dalam berbagai sosial media sehingga acara ini menjadi peminatan bagi kalangan millennials yang notabene adalah pengguna aktif sosial media.

Acara ini juga menunjukkan kesatuan persatuan dari seluruh penjuru daerah Indonesia dan Mancanegara serta antusiasme para Budayawan dan para Empu Tari, pun para Difable yang tidak kehilangan semangat juangnya.

Dr. Dr. Eko Supriyanto, S.Sn., M.F.A, ketua umum World Dance Day 2019 bersama seluruh civitas ISI Surakarta yg dipimpin oleh Rektor, Dekan dan Ketua Jurusan dari Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Design semakin bersemangat untuk mengangkat unsur-unsur tari yang secara tak langsung melekat pada kehidupan manusia.

“Eko Pece” salah satu sapaan hangatnya juga adalah seorang penari, koreografer, dosen tari dan sebagai salah satu pilar pencetus Event 24 Jam Menari bersama dengan Eko Supendi. S.Sen, M.Sn, Dr. Joko Aswoyo. S.Sen, M.Sn, dan Dwi Wahyudiarto. S.Kar, M.Hum.

Hasil dari usaha bersama dengan seluruh tim, maka tahun ini pengunjung dapat menikmati 600 jenis tari dari kurang lebih 175 grup tari. Acara ini menampilkan tarian 24 jam nonstop yang terdiri dari 6 penari, masing-masing berasal dari Bali, Kalimantan, dan Jawa. dimana penari melakukan seluruh aktivitas selama 24 Jam dengan tetap melakukan tariannya. Beberapa Negara yang ikut berkontribusi yaitu Perancis, Philipina, Australia. Pengunjung juga dapat menikmati Gelar Karya Tari Keraton, Gelar Karya Tari Empu yang dimeriahkan oleh penampilan Empu seperti Wied Senjayani yang dikenal sebagai tokoh penari balet, Wahyu Santoso Prabowo dengan tari Jawa khas gaya tari halus Surakarta. Beliau juga piawai dalam Karawitan dan Tembang Jawa. Ada pula Theodora Retno Maruti, pendiri sanggar tari Padnecwara, meskipun telah berdomisili di Jakarta tetapi tetap mengembangkan tari Jawa klasik menjadi suatu pagelaran yang monumental, dan terakhir Frans Jiu Luway yang berasal dari Kalimantan Timur. Kemudian terdapat pula Pentas Karya Jonet Sri Kuncoro S. Kar, M. Hum (Dosen Tari ISI Surakarta) yg meneliti dan menciptakan karya tari bersama Penari Difable Se-Karisidenan Surakarta (Bisu, Tuli, Tuna Grahita, Tuna Daksa), Pagelaran Sarasehan, Pagelaran Karya Tari Alumni Penari 24 Jam (Tahun 2006-2019), Pagelaran Panggung Bhineka Nusantara 2019, Pertunjukan Tari Mahasiswa Luar Negeri (Darma Siswa), Pameran Foto Seni Pertunjukan Tari, Bazar Kerajinan, Kuliner, Industri, Wisata Ritual tari dan Pagelaran Closing dan Orasi Budaya.

Pada rangkaian Pra Event, pengunjung dapat menyaksikan Kegiatan Koreografi (MGMP) dan Workshop Tari dari 7 Perguruan Tinggi Seni Indonesia dengan tema “Relung, Ranah dan Ruang”.

Seluruh kegiatan World Dance Day tersebut dapat dinikmati secara gratis oleh setiap Pengunjung, diharapkan dengan seluruh rangkaian kegiatan tersebut mampu menjadikan event World Dance Day sebagai ajang apresiasi seni tari dan pengembangan kreativitas sekaligus sebagai asset wisata budaya, menguatkan spirit berbangsa, serta menjalin rasa kesertaraan, kebersamaan dan toleransi melalui dunia tari, serta mengokohkan jati diri budaya bangsa, khususnya dunia tari, sebagai acuan dalam pengembangan budaya menuju dunia global.

Rangkaian kegiatan tersebut mampu terlaksana karna banyaknya dukungan dari beberapa pihak, tidak hanya dukungan secara emosional tapi juga dukungan secara materil tanpa mengubah sifat pagelaran World Dance Day 24 Jam Menari menjadi komersil. Kepedulian terhadap kekayaan budaya di Indonesia ditunjukan oleh Langit Pitu sebagai sponsor utama, ISI Surakarta sebagai tuan rumah serta Telkomsigma dan Bakti Budaya Djarum Foundation yang ikut berpartisipasi guna terselengaranya event ini.

Karena bentuk nyata kepedulian terhadap budaya tidak hanya ditunjukan dari sekedar peringatan saja namun juga dapat dibuat menjadi salah satu perayaan kebudayaan. Sehingga diharapkan dukungan dari Instansi Pemerintah maupun Non Pemerintah agar dapat memberikan perhatian khusus untuk event-event seperti ini, karena bangsa yang memiliki keragaman budaya selalu menarik minat Wisatawan.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya