"SOEKMA DJAJA" Potret Keluarga Seniman Betawi Menghadapi Arus Modernisasi

Posted : 08 Jun 2013

Sukses dengan “Cinta Dasima”, “Si Doel” dan “Sangkala 9/10”, Ikatan Abang None Jakarta (IANTA) melalui Teater Abnon dipromotori oleh Diatone Asia serta didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya kembali berhasil mempersembahkan pementasan sandiwara Betawi dengan lakon “Soekma Djaja” pada tanggal 5-6 Juni 2013 di Gedung Kesenian Jakarta bertepatan dengan ulang tahun Jakarta ke-486.

“Soekma Djaja” merupakan wujud nyata Abang-None dari berbagai daerah di Jakarta yang tergabung dalam IANTA sebagai salah satu generasi penerus untuk peduli terhadap pelestarian kesenian tradisional khas Betawi, yakni gambang kromong, dalam bentuk seni pertunjukan. Melalui Teater Abnon sebagai wadah mereka untuk berkarya, gambang kromong diangkat dengan cara yang menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengenal dan menikmatinya.

Soekma Djaja berkisah tentang keluarga Maman Djaja yang berkiprah di dunia musik gambang kromong melalui kelompok Soekma Djaja. Anak pertama Maman Djaja yang bernama Jay merasa malu dengan keluarganya yang musisi dari pinggiran, apalagi ketika Soekma Djaja mulai turun ke jalanan untuk mengamen. Ia seringkali berbohong pada teman-temannya untuk menutupi keadaan keluarganya. Adiknya, Yadi, justru sangat mencintai kesenian gambang kromong dan bercita-cita untuk meneruskan dan memajukan kelompok Soekma Djaja.

Keadaan berbalik ketika Yadi terjebak dalam tawuran SMA. Karena ia memakai seragam, anak-anak SMA yang sedang tawuran menyangka Yadi adalah salah satu musuh mereka dan menghajarnya tanpa ampun. Yadi tewas ditengah tawuran, meninggalkan kelompok Soekma Djaja dan keluarganya. Di tengah kesedihan, Jay akhirnya menyadari kerja keras adiknya selama ini, dan akhirnya bertekad untuk meneruskan mimpi adiknya. Ia mengaku pada teman-teman kuliahnya tentang siapa dirinya yang sebenarnya, dan akhirnya dibantu oleh teman-temannya, ia mewujudkan mimpi Yadi untuk mengangkat nama Soekma Djaja.

Tema cerita yang diangkat dalam pementasan tersebut merupakan cermin dari kondisi kesenian gambang kromong yang sesungguhnya. Gambang kromong hanya terdengar ketika menjelang ulang tahun Jakarta saja. Jumlah seniman gambang kromong pun semakin sedikit karena tidak ada generasi selanjutnya yang meneruskan pelestarian kesenian khas Betawi tersebut. Dengan “Soekma Djaja”, Teater Abnon mecoba untuk mendekatkan kembali budaya Betawi yang khas Jakarta tapi hampir tenggelam oleh arus modernitas kota metropolitan ini. Sedikit demi sedikit, upaya untuk menumbuhkan cinta generasi muda pada tradisi budaya dilaksanakan. Mencintai Budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya