"Tembang Nestapa Banowati" karya cantik Drama Wayang Swargaloka

Posted : 16 Dec 2013

Drama Wayang Swargaloka didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation telah sukses menyelenggarakan Pertunjukan berjudul “Tembang Nestapa Banowati”, pada Minggu 15 Desember 2013, di Teater Wayang Indonesia, Gedung Pewayangan Kautaman TMII, Jakarta.

Seperti karya-karya Drama Wayang Swargaloka sebelumnya, pertunjukan kali ini juga berlangsung dengan sangat indah dan memukau. Perpaduan unsur kesenian wayang orang, wayang kulit, teater modern, tarian tradisional dan kontemporer, membuat setiap karya Drama Wayang Swargaloka mampu memanjakan penonton. Apalagi Pertunjukan juga menggunakan dialog bahasa Indonesia diiringi musik gamelan yang digarap lebih populer dengan diberi sentuhan musik modern tentunya semakin mudah menjangkau selera generasi muda yang hadir. “Tembang Nestapa Banowati” didukung oleh seniman muda dari Jakarta, Jogjakarta dan Surakarta serta bintang panggung wayang orang yaitu Dewi Sulastri dan Ali Marsudi. Penulis naskah dan sutradara Irwan Riyadi, penata musik Dedek Wahyudi, desain produksi Dewi Sulastri  dan produser Suryandoro.

Kisah ini menceritakan tentang Banowati putri Prabu Salya dari kerajaan Mandaraka. Banowati adalah gambaran seorang wanita yang dipuja sekaligus dibenci. Dipuja karena dia adalah putri nan cantik jelita dan seakan tiada bandingnya di dunia. Tak heran para Ksatria, Raja bahkan rakyat jelata bermimpi untuk dapat mempersuntingnya.  Banowati juga dibenci karena sebagian orang menganggapnya sebagai wanita yang tidak setia terhadap kodratnya sebagai seorang istri. Ia dianggap mengkhianati Duryudana, suaminya. Setelah menikah dengan Duryudana, ternyata Banowati masih tetap saja mencintai Arjuna.

Raden Arjuna mengalami duka yang sangat dalam karena pernikahan Dewi Banowati

Banowati jatuh cinta pada Arjuna, sejak pertama berkenalan. Sebenarnya Arjuna juga tidak menolak cinta Banowati, namun cinta keduanya kandas, karena akhirnya Banowati terpaksa menjadi istri Duryudana atas desakan ayahnya karena Duryudana memberikan harta yang berlimpah ruah. Akhirnya setelah menikah, Banowati sangat menderita karena cinta sejatinya tak dapat diraih. Karena itulah, selama menjadi istri Duryudana, Banowati selalu mencari kesempatan untuk dapat bertemu dan mengungkapkan rasa kasihnya yang meluap-luap kepada Arjuna.

Cinta memang dapat membuat seseorang menjadi lupa diri dan berani mengambil tindakan yang menurut pandangan umum salah. Tetapi apakah tudingan menghakimi dan menyalahkan juga adil untuk dia? Setelah penderitaan dan hancurnya perasaan yang dialami setiap saat dalam hidupnya? Siapa yang bisa mengukur sebuah kesetiaan? Banowati hanya menuruti kata hati, sebuah tekad untuk membuktikan bahwa dia layak untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada Arjuna. Apa yang diilakukannya telah dipertimbangkan, perbuatan salah dan benar hanyalah semudah membalikan telapak tangan. Mungkin Banowati memang bersalah dan mengakibatkan kerugian panjang dalam hidupnya. Tetapi Banowati hanyalah sekedar berjuang untuk meraih sedikit kebahagiaan di tengah ketidakadilan yang menikam hidupnya. Banowati hanyalah salah satu karakter yang dikorbankan dalam perselisihan besar antara Pandawa dan Kurawa.

Mahabharata memang menyimpan berbagai ajaran moral yang tak pernah lekang oleh jaman. Kehadiran kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya dan meningkatkan rasa cinta pada budaya sendiri. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya