PERGELARAN 25 TAHUN ANNE AVANTIE "MERENDA KASIH"

Posted : 05 Sep 2014

Kebaya telah menerbangkan seorang Anne Avantie dalam mengukir sejarah hingga mendapat apresiasi dari publik, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sampai ke mancanegara. Karya-karyanya dialiri roh perjuangan yang sangat kuat. Di dalam setiap gubahan warna, detail, tema, dan inovasinya, Anne menghembuskan pergulatan hidup sepenuh jiwa, keindahan yang dramatis, kematangan yang tercermin, dan gejolak hati yang tulus.

Usaha tak kenal lelah dari sosok yang begitu lembut dan tanpa emosi ini, telah mengangkat namanya sebagai seorang yang dihargai lebih dari pada seorang desainer. Anne Avantie adalah perempuan bersahaja yang berdedikasi tinggi tanpa terpengaruh oleh apapun penghargaan yang diterimanya. Tidak banyak yang mengetahui bahwa dalam 25 tahun perjalanannya tersebut telah melalui banyak perjuangan dan kerja keras.

Seluruh kegiatan usaha yang dilakukan Anne Avantie berproses di Semarang, dengan menggunakan potensi lokal dan SDM penduduk di sekitarnya, juga menerima karyawan tanpa ijazah. Diawali dengan 3 karyawan dan 3 mesin jahit tanpa dinamo pada 25 tahun yang lalu, saat ini Avantie Management memiliki 12 anak perusahaan yang menyerap begitu banyak tenaga kerja di berbagai bidang dari mulai fashion, kerajinan tangan, kuliner, pendidikan, klinik kemanusian, sampai air mineral.

Untuk memperingati 25 tahun berkarya, Anne Avantie didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya mengadakan pergelaran dengan tema “Merenda Kasih”, pada tanggal 3 September 2014, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center. Pergelaran akbar tersebut didukung oleh tim kreatif Rama Suprapto, Ananta Kanapi, dan musisi besar Erwin Gutawa dengan orkestranya, serta didukung oleh artis-artis papan atas, antara lain Titi Puspa, Berlian Hutahuruk, Bebi Romeo, Bunga Citra Lestari, Lea Simanjutak, Henny Purwonegoro, dan Gita Gutawa.

Panggung megah tersebut juga melibatkan sekitar 300 pendukung, mulai dari model-model legendaris seperti Rima Melati, Lenny Marlina, Dewi Motik, Ratna Riantiarno, dan lainnya. Kemudian model-model senior seperti Dhany Dahlan, Okky Asokawati, Sarita, Chrisje Subono, Arzhety Citra, Ratih Shoe, Nana Krit, Doni Damara, Piere Gruno juga menyatu dengan model-model profesional antara lain, Dominique, Paula, Kimmy, Laura Moeljadi, Nadine Candrawinata, Wulandari, serta Atiqah Hasiholan. Bahkan pasangan artis juga turut memeriahkan acara, seperti Marsha Timoty dengan Vino G Bastian, Ussy dengan Andika, Gisele dengan Gading Martin, Marwah dengan Atalarik, Cyntia Lamusu dengan Surya Saputra. Yang spesial dalam pergelaran ini, Anne Avantie juga mengundang sekitar 4.000 undangan termasuk para fans, pelajar, mahasiswa sekolah mode, guru, kelompok usaha kecil dan menengah, dan kelompok masyarakat lainnya.

“Semakin eksklusif seorang desainer, semakin sedikit penonton yang menyaksikan karya-karyanya. Tetapi saya mempunyai keinginan untuk berbagi energi dan menginspirasi banyak orang. Apalah artinya semua yang saya miliki kalau tidak saya bagikan. Dengan memberi tidak akan ada sedikitpun yang berkurang, apalagi hilang, justru energinya semakin deras mengalir,” ujar Anne Avantie.

Perjalanan Anne Avantie menjadi seorang desainer berawal pada tahun 1989 dimana ia mencoba menyewakan kostum-kostum tari yang diberi nama Griya Busana Permatasari yang terletak di garasi rumah kontrakan. Tahun 1998, Anne mulai beralih ke kebaya dan akhirnya booming karena kebaya asimetris yang terjadi karena salah potong. Di awal tahun 2000, ia menuai protes dari sejumlah pengamat mode nasioal mengenai kebaya astrimetris yang dinilai merusak tatanan pakem budaya busana nasional Indonesia. Ia juga dianggap sebagai perusak kharisma kebaya. Tapi apa mau dikata, masyarakat mengapresiasi bahkan karya-karyanya bisa disejajarkan dengan deretan nama desainer papan atas Indonesia dan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, karya Anne Avantie telah menginspirasi dunia industri fashion indonesia.

“Bagi saya sebuah kebaya bukanlah sepotong baju tapi pembaharuan hidup. Seperempat abad dalam kehidupan karier saya adalah rentang waktu yang yang bergradasi dan berisi warna yang lengkap. Sebuah perjalanan fashion yang sarat mozaik kehidupan, kombinasi penderitaan, kebangkitan, sukacita, rasa syukur, dan pengabdian,” ujar Anne Avantie.

Terbukti karyanya tidak hanya dicontek tapi lebih tepatnya ‘dikloning’, mulai dari kelas kambing sampai kelas kakap, dari kelas penjahit hingga kelas desainer. Tapi Anne justru bersyukur diberi Tuhan menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Melalui seminar-seminarnya, Anne meyampaikan bahwa ia tidak akan menuntut siapapun karena dia percaya bahwa ekor tidak pernah berada didepan, ekor selalu ada di belakang.  Anne percaya bahwa Tuhan akan memelihara akarnya.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya