Jangan Panggil Aku, BUTET!

Posted : 26 Oct 2014

Setelah sukses menampilkan 2 kali pertunjukkan di Galeri Indonesia Kaya, kelompok VOICE OF INDONESIA by RIO SILAEN yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kembali sukses mementaskan karya musikal dengan latar belakang budaya Batak yang bejudul JANGAN PANGGIL AKU, BUTET! Pertunjukan tersebut berlangsung pada tanggal 25 Oktober 2014 bertempat di Usmar Ismail Hall Jakarta.

Drama musikal yang disutradarai oleh Rio Silaen ini didukung oleh penata musik Teffy Mayne, serta arahan gerak dan tari oleh Elza Simanungkalit. Diperkuat oleh para pemain, antara lain Rita Matumona, Paulus Simangunsong, Rami Kinara (yang sebelumnya juga tampil dalam Opera Batak) dan salah satu stand up comedian Gita ‘Bhebhita’ Butar-Butar.

Pertunjukan ini mengisahkah tentang perjuangan 3 gadis Batak yang bernama sama, BUTET.  Butet yang pertama, adalah seorang Gadis yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Demi mimpi dan cita-citanya dia harus meninggalkan keluarga dan negaranya hanya utk sementara waktu. Namun keluarganya tidak mendukung impian dan cita-cita nya. Karena keluarganya masih ber prinsip bahwa wanita sepatutnya mengerjakan hal-hal domestik, seperti tinggal di rumah, mengurus anak dan suami. 

Butet yang kedua adalah seorang gadis yang telah ditinggal dan ditelantarkan orang tua nya sejak kecil. Butet yang satu ini sangat berjiwa sosial, peduli dengan lingkungan dan sekitarnya. Sama seperti Kartini dulu, dia mempunyai kecintaan terhadap anak-anak pinggiran dan peduli dengan pendidikan anak-anak Bangsa, yang secara tidak langsung juga nantinya akan menjadi generasi penerus Negeri ini. Dengan segala keterbatasan dan kemampuannya, dia memberanikan diri untuk menjadi volunteer dan mengajar sebagai Guru di daerah anak-anak buangan dipinggir kota. 

Kedua Butet ini saling bersahabat, mereka berdua bertekad dengan kemampuan masing-masing untuk memberikan kontribusi kepada bangsa ini. Suatu saat nanti mereka akan membuat sebuah Rumah Penampungan untuk anak-anak pinggiran atau anak-anak yang kurang beruntung. Namun karena berbagai kendala, termasuk Kerusuhan yang sempat terjadi, maka impian itu sempat pupus. Rumah yang sempat mereka bangun, habis dihancurkan dan dirusak beserta segala isinya.

Impian untuk berjuang demi kemajuan bangsa  Indonesia akhirnya pupus. Butet yang berada diluar negeri, tidak mau kembali pulang untuk membangun negeri ini. Dan Butet yang direnggut kehormatannya telah mengubur cinta nya pada Bangsa nya sendiri.

Kedua Butet yang bersahabat ini, dulu pernah sempat bercakap-cakap tentang sosok wanita Indonesia yang menjadi Pahlawan buat negera. Kartini, Fatmawati, dan sebuah nama yang disebut dalam sebuah lagu perjuangan yang sangat terkenal…BUTET!
Itulah tokoh Butet yang ketiga. Butet dari karakter lagu yang hidup di jaman peperangan dulu. Yang ingin mencari tahu nasib dan keberadaan orang tua nya yang diutus perang dan tak pernah kembali. Tekad dan kegigihan nya membuatnya memutuskan untuk juga pergi berperang. Entah sebagai apa, namun mengambil bagian dari perjuangan sebuah Negara dalam meraih kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak akan dibiarkannya, hanya karena dia seorang perempuan.

Kesamaan 3 tokoh wanita Batak ini adalah keinginan untuk maju, berkembang, dan memberi kontribusi serta mengaktualisasikan diri dalam hidup sebagai bagian dari Bangsa Indonesia baik dulu maupun di era kemerdekaan ini. Di era dimana wanita seharusnya sejajar dan setara di tempatkan dengan kaum pria. Wanita tidak hanya bisa menjadi Ibu dan istri. Namun wanita juga bisa menjadi berbagai karakter positif yang memajukan dan mempertahankan bangsa ini. Tidak hanya Kartini dan Fatmawati. Siapapun wanita Indonesia, bisa berkarya dan sepatutnyalah mendapatkan kesempatan itu. 

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya