"Sinden Republik" Angkat Peran Perempuan Dalam Kebudayaan dan Masyarakat

Posted : 02 Jun 2015

Program pementasan Indonesia Kita, yang didukung Djarum Apresiasi Budaya, kembali hadir dengan lakon Sinden Republik. Pertunjukan ini sukses dilaksanakan pada 29-30 Mei 2015 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pentas-pentas Indonesia Kita sebelumnya adalah Laskar Dagelan, Beta Maluku, Kartolo Mbalelo, Mak Jogi, Kutukan Kudungga, Kadal Nguntal Negoro, Jogja Broadway “Apel I’m in love”, Kabayan Jadi Presiden, Maling Kondang, Nyonya-nyonya Istana, Orde Omdo, Matinya Sang Maestro, Roman Made In Bali, Semar Mendem Sampai Tabib Dari Timur.

“Djarum Apresiasi Budaya telah mendukung program “Indonesia Kita” selama lima tahun, dimulai dari tahun 2011 dan berlanjut hingga tahun 2015. Program “Indonesia Kita” telah menjadi magnet bagi masyarakat, terbukti dari setiap pelaksanaannya selalu mendapat apresiasi yang sangat tinggi dengan penjualan tiket pertunjukan yang selalu habis, bahkan hingga menggelar pertunjukan tambahan untuk melayani permintaan masyarakat yang tidak kebagian tiket di pertunjukan regularnya. Mereka selalu mengangkat isu sosial dengan membawa perspektif berbeda ke panggung pertunjukan yang dikemas secara artistik. Dan pada tahun ini, program Indonesia Kita akan menampilkan empat pertunjukan yaitu, Tabib dari Timur, Sinden Republik, Meminang Minang dan Monumen Kenangan,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.  

“Selama ini, melalui pentas-pentas Indonesia Kita, kami mencoba memahami kembali Indonesia sebagai sebuah proses panjang berbangsa dan bernegara melalui jalan kesenian serta kebudayaan. Sebagai sebuah proses dialog, kami selalu mengajak para seniman untuk turut berkolaborasi,” ujar Butet Kartaredjasa, penggagas ide Indonesia Kita.

Sinden Sepuh menugaskan pencarian sinden yang memiliki rajah di punggung

Pementasan ini didukung para penyanyi perempuan berbasis tradisi. Setiap penyanyi memainkan suatu lakon dengan gaya musikal masing-masing. Mereka bermain bersama para komedian seperti Miing Bagito, Cak Lontong, Butet Kartaredjasa, Akbar, Sahita, Trio GAM dan lain-lain. Bertemunya para sinden seperti Soimah, Endah Laras, Sruti Respati, Megan Colleen O’Donoghue, Rita Tila dengan para komedian-komedian senior tersebut menghasilkan adegan penuh spontanitas yang kocak.

Sujiwo Tejo, yang berperan sebagai Sinden Sepuh sekaligus sutradara, menegaskan bahwa lakon ini tak hanya merefleksikan persoalan dunia sinden, tetapi juga merefleksikan bermacam persoalan hari ini. “Sinden adalah kunci!” ujar Sujiwo Tejo. “Kunci untuk merefleksikan banyak persolan berbangsa dan bernegara, itu yang sering dilupakan orang.”

Sinden Republik mengisahkan obsesi Sinden Sepuh yang ingin menemukan seorang sinden yang konon kabarnya memiliki rajah di punggungnya. Rajah di punggung sinden itulah, kunci yang harus ditafsirkan, dibedah dan dimaknai kembali, agar relevan dengan kondisi sosial politik yang sedang berlangsung. Rajah di punggung sinden itu adalah jejak sejarah yang ditorehkan para pemimpin bangsa ini. Saat mencari sinden itulah, perlahan-lahan banyak hal terkuak dan terbuka, menyangkut sejarah yang selama ini ditutup-tutupi. Perjalanan mencari sinden itu menjadi perjalanan menelusuri sejarah para tokohnya, yang kemudian mengetahui masa lalunya.

Pertunjukan Sinden Republik, Program Indonesia Kita Tahun 2015

“Semoga lakon ini bisa membuat kita berfikir out of the box,” ujar Sujiwo Tejo. Sebagai dalang, ia memang menarik bukan semata karena nyentrik, tetapi karena unik pada gagasan dan pemikirannya. Ia kerap kali melawan pakem atau hal-hal yang selama ini dianggap sebagai kebenaran umum. Dengan kata lain, ia selalu mencoba keluar dari apa yang dianggap lumrah, dan melihat segala hal tidak sekedar hitam putih. Inilah yang menjadi daya pikat utama dari pementasan ini, dimana ia mencoba merefleksikan persoalan aktual dalam bentuk pertunjukan bergaya musikal.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.



Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya