Batik Kudus Dalam Balutan Modern

Posted : 05 Sep 2015

Batik Kudus mungkin merupakan salah satu jenis batik yang masih tersembunyi dibalik euphoria kembalinya kain-kain Indonesia ke ranah mode yang teradi beberapa tahun belakangan ini. Batik Kudus yang beberapa tahun silam masih merupakan industri rumahan tak mampu bersaing dengan batik-batik daerah lain yang sekarang menjadi industri komersil besar. Walaupun begitu, tahun 2015 ini merupakan titik balik dari kebangkitan Batik Kudus untuk bersaing di kancah mode Indonesia.

Batik Kudus telah ada bahkan dari tahun 1800 silam. Pada tahun 1930-1950 Batik Kudus mulai dikenal dengan motif yang dipengaruhi oleh daerah pesisiran dan memiliki ciri khas kepala buketan serta dlorong. Pada awal tahun tersebut, karya pembatik bernama Lie Boen In cukup populer karena motif khasnya sarat akan isen-isen yang cukup padat, seperti motif Buket latar Biji Mentimun. Pada tahun 1950-an mulai bermunculan pembatik baru yang mengembangkan Batik Kudus seperti Ok Hwa, Gan Tjioe Gwat, dan Oei Siok Kiem yang sangat populer dengan motif Merak Cattleya dengan latar isen-isen Cengkehan.

Di akhir 1960-an, produksi kain di Kudus mengalami penurunan dengan berkembangnya industri kretek, sehingga banyak para pembatik yang akhirnya memilih untuk beralih profesi. Industri kretek merupakan industri yang menjadi sumber pendapatan tercepat, berbeda dengan industri batik, dimana pembuatan satu buah Batik Kudus dapat memakan waktu berbulan-bulan, sehingga para pembatik tidak memiliki pendapatan yang cepat dan pasti.

Tahun 2011 lalu, Bakti Budaya Djarum Foundation melalui Galeri Batik Kudus melakukan sebuah upaya untuk membangkitkan kembali geliat industri Batik Kudus di tanah asalnya sendiri. Berbagai aktifitas dilaksanakan, mulai dari pembinaan para pembatik kudus, pembangunan workshop Galeri Batik Kudus, sampai pendekatan kembali Batik Kudus kepada masyarakat muda dan masyarakat umum melalui workshop membatik dan pelajaran membatik di SMK setempat.

Produksi Batik Kudus yang sempat tenggelam selama bertahun-tahun akhirnya kembali menanjak, tetapi masih belum diiringi dengan promosi dan inovasi yang memadai agar dapat diterima dengan luas oleh masyarakat modern yang merupakan konsumer utama dalam bidang mode. Bekerjasama dengan lini busana oleh desainer ternama Indonesia, Denny Wirawan, Batik Kudus diangkat menjadi sorotan mode di tahun 2015 ini. Motif Batik Kudus yang unik, dinamis dan detail merupakan asset budaya yang sangat bernilai, dan Denny Wirawan sebagai seorang perancang mode mendapatkan motivasi untuk mengembangkan kembali inovasi di dalam Batik kudus.

Persamaan terhadap kecintaan dan semangat pelestarian wastra nusantara membuat Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Denny Wirawan bersatu dalam Balijava koleksi Batik Kudus yang diperagakan dengan tema “Pasar Malam” di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski pada tanggal 3 September 2015 lalu di hadapan publik, pengamat mode serta media. Peragaan tunggal ini menggandeng E.P.A jewelry by Eliana Putri Antonio untuk kreasi aksesori, Oscar Daniel dengan LT Pro Profesional Make up untuk tata rias wajah dan rambut, penata acara dan koreografi oleh Ari Tulang serta Yovie Widianto sebagai penata musik.

 



Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya