Pertama Kali Di Indonesia, The Resonanz Tampilkan Carmen, Opera Klasik Kelas Dunia

Posted : 18 Apr 2016

The Resonanz Music Studio (TRMS) kembali menghadirkan sebuah pertunjukan berkualitas Internasional di Indonesia. Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, TRMS mengangkat kisah opera klasik Carmen karya komposer Perancis, Georges Bizet yang digelar di Ciputra Artpreneur pada 16 dan 17 April 2016.

Carmen merupakan salah satu kisah opera yang sangat populer dan paling sering diangkat ke atas panggung opera di dunia. Opera 4 babak yang menceritakan kisah tragis perebutan hati wanita Gipsi ini pertama kali dipentaskan di Paris pada tahun 1875. Habanera dan Toreador Song merupakan bagian aria (nyanyian tunggal) yang paling terkenal dari seluruh aria yang ada dalam opera.

“Sebagai lembaga pendidikan musik, The Resonanz Music Studio di bawah pimpinan Avip Priatna konsisten mendekatkan musik klasik kepada masyarakat melalui beragam pertunjukan orkestra yang spektakuler. Kali ini, opera Carmen yang sangat terkenal di dunia disajikan ke atas panggung Indonesia, dengan melibatkan orang-orang profesional serta talenta-talenta muda berkualitas. Karya indah ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki posisi penting dalam pergerakan musik klasik di kancah internasional,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Dengan latar belakang Spanyol di abad ke-19, TRMS mengangkat kisah ini sesuai dengan naskah aslinya ke atas panggung yang diarahkan oleh Jos Groenier, sutradara asal Belanda yang telah menampilkan opera di berbagai negara. Keikutsertaan Jos Groenier dalam produksi ini merupakan ajang pembelajaran yang sangat baik bagi para penampil untuk menyerap pengalaman yang dibagikan oleh sutradara yang telah bergabung di European Music Organisations sejak 1978.

Selain itu, produksi ini juga melibatkan pelatih vokal berdarah Jepang dan Hawaii, Brian Masuda yang melatih seluruh penampil untuk pelafalan naskah Carmen yang berbahasa Perancis. Dukungan dari para seniman asing ini guna mendukung pementasan agar sesuai dengan kualitas dan standar Eropa sehingga untuk pertama kalinya masyarakat Indonesia mampu menyaksikan pertunjukan kelas dunia tanpa harus berkunjung ke luar negeri.

“Saya sudah lama mendengar nama Avip Priatna sebagai seorang konduktor asal Indonesia yang telah meraih penghargaan di berbagai kompetisi musik internasional. Saya menantikan kesempatan untuk bekerja sama dengan Avip dan ketika kesempatan ini datang, saya tidak butuh waktu lama untuk setuju. Bekerja sama dengan musisi Indonesia seperti Avip Priatna dan The Resonanz Music Studio merupakan hal baru bagi saya namun saya kagum akan disiplin dan kemampuan mereka dalam musik klasik sehingga tidak heran banyak penghargaan internasional yang mereka peroleh. Indonesia harus bangga akan kemampuan mereka,” tutur Jos Groenier dalam konferensi pers hari ini di Galeri Indonesia Kaya.

Yang menjadikan pertunjukan opera ini istimewa adalah hadirnya Happy Salma sebagai penutur cerita yang membantu penonton menikmati karya ini. Opera ini menghadirkan penampilan istimewa para solois andalan Indonesia, seperti Heny Janawati, Farman Purnama, Harland Hutabarat, Birgitta Sisca, Rainier Revireino, Hari Santosa, Fitri Muliati, Valentina Aman, Alvin Tobing dan Renno Krisna. Opera ini juga melibatkan koor dalam jumlah besar yaitu Batavia Madrigal Singers dan The Resonanz Children’s Choir, yang kerap memperoleh penghargaan tinggi di kompetisi paduan suara internasional. Penampilan para generasi muda bersuara emas ini dilengkapi dengan iringan musik Jakarta Concert Orchestra dan tatanan multimedia, suara dan cahaya yang melibatkan Taba Sanchabachtiar, Sadat Effendy dan Iwan Hutapea.

Opera Carmen ini juga merupakan bagian dari rangkaian perayaan 20 tahun Batavia Madrigal Singers. Pementasan ini diharapkan juga mampu menyusul kesuksesan Opera Samson et Dalila karya Camille Saint-Saëns pada tahun 2006 yang juga menandai perayaan ulang tahun Batavia Madrigal Singers yang ke-10 pada saat itu.

“Keinginan saya untuk menampilkan opera di panggung sudah sejak lama ada di benak saya sejak sepuluh tahun yang lalu. Dalam kurun waktu itu, saya mencari opera mana yang menarik dan belum pernah ditampilkan di Indonesia secara menyeluruh sesuai dengan naskah asli dan kualitas Eropa yang merupakan asal mula dan berkembangnya opera. Setelah berdiskusi dengan banyak orang dan melihat perkembangan seni musik klasik di Indonesia, saya tertarik mengangkat Carmen dan menyajikannya sebagai tontonan yang tidak hanya menarik dan indah, namun juga mengedukasi masyarakat mengenai opera,” ujar Avip Priatna, Direktur The Resonanz Musik Studio.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya