Monolog "Perempuan Dangdut" Mimpi Sang Gadis Pantura Menjadi Diva Dangdut

Posted : 25 Nov 2016

Arcana Foundation bersama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan lakon monolog bertajuk “Perempuan Dangdut” yang diperankan oleh Happy Salma. Naskah monolog yang ditulis dan disutradarai oleh sastrawan sekaligus wartawan Putu Fajar Arcana dipentaskan tanggal 25 November 2016 di NuArt Sculpture Park, Bandung.

“Happy Salma hampir identik dengan karakter perempuan tangguh, penuh energi, pandai, dan pantang mundur. Lakon Perempuan Dangdut memberi karakter berbeda pada aktris Happy Salma. Ia tampil lebih ringan, suka nyeplos, kalau berbicara seakan tanpa beban, sedikit suka bergosip, lembek, tetapi bercita-cita teguh menjadi diva dangdut apa pun caranya. Monolog ini merupakan fragmen hidup dari tokoh Liza Sasya yang pernah disatukan dalam naskah monolog 3Perempuanku: Bukan Bunga Bukan Lelaki yang pernah dipentaskan tahun 2014 lalu bersama dengan Olga Lydia dan Inayah Wahid,” ujar Putu Fajar Arcana 

Liza Sasya adalah gadis polos dari pantai utara (Pantura) Jawa, yang merantau hidup di pinggiran Jakarta atas bujukan seorang anggota dewan. Ia bersedia menjadi istri simpanan dengan imbalan janji sebuah album dangdut. Dua tahun berlalu, album itu tak pernah terwujud. Liza bahkan harus tinggal di kos-kosan sempit, jauh dari bayangannya tinggal di apartemen mewah, sebagaimana pula dulu pernah dijanjikan. Tetapi ia terlanjur bersedia mengikuti alur permainan Wagiyo Tirtohadikusumo, sang anggota dewan itu.

Tata panggung Perempuan Dangdut mengambil konsep konser-konser dangdut di kota-kota pinggiran, di mana konser itu lebih menyerupai wahana untuk memperoleh hiburan secara bersama-sama. Sangat biasa terjadi saat-saat biduan dangdut mendendangkan lagu, para lelaki turut berjoget dan memberi saweran berupa uang sampai berjuta-juta.

Happy Salma berperan sebagai gadis dangdut pinggiran, yang selama ini lebih mengandalkan goyangan dari pada kualitas bernyanyinya. Karakter Liza yang dimainkan Happy, mengidolakan diva-diva dangdut seperti Inul Daratista, Iis Dahlia, Ayu Tingting dan Cita Citata, yang sukses di panggung dangdut nasional. Tak hanya sukses karena kemampuannya menghibur penonton, para diva ini juga sukses dalam hidupnya karena menikah atau berpacaran dengan pejabat atau anaknya.

“Karakter yang saya mainkan, Liza, memiliki tujuan hidup untuk membahagiakan orangtuanya serta mengharumkan nama desanya. Waktu berangkat meraih cita-cita ke Jakarta, kepala desa, ustadz, dan ibunya, menitipkan pesan-pesan agar tidak pulang kalau belum sukses. Dalam pentas ini, saya dituntut agar mampu menyanyikan lagu-lagu dangdut, setidaknya yang sedang digemari di kalangan penyuka lagu-lagu yang identik dengan kalangan bawah itu,” terang Happy Salma.

Pementasan di Bandung memberi inspirasi kepada Happy Salma untuk mengadaptasi karakter Liza menjadi gadis sunda pinggiran, yang hidup sepanjang garis Pantura.

“Putu Fajar Arcana adalah salah satu sastrawan sekaligus wartawan yang aktif berkarya dan berperan dalam melestarikan budaya Indonesia melalui seni sastra. Serasi dengan Happy Salma yang menggeluti dunia seni teater, mampu menampilkan sebuah pertunjukan memukau dengan cara yang menghibur dan mencerahkan. Melalui lakon Perempuan Dangdut diharapkan dapat menambah rasa cinta terhadap dunia seni sastra dan teater Indonesia serta menjadikan budaya sebagai bagian dari gaya hidup,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya