Kethoprak Conthong Yogyakarta Mempersembahkan Pertunjukan Berjudul “Mendem Kuwasa”

Posted : 30 Dec 2016

Kethoprak Conthong Yogyakarta yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses menampilkan lakon berjudul “Mendem Kuwasa” di Gedung Concerthall Taman Budaya Yogyakarta, tanggal 29 dan 30 Desember 2016.

Pertunjukan ini menceritakan tentang Ki Alim Demak yang dituduh menyebarkan selebaran yang mencemarkan Sunan Pakubuwono III. Pengadilan Kasunanan pun menjatuhkan hukuman berupa hukum picis. Tiap orang yang melawati tempat eksekusi wajib ikut menguliti terpidana. Hukuman sadis itu ditolak Sisip, Sembir, dan Sekawit. Akibatnya ketiga orang Kasultanan Yogya tersebut dihajar petugas. Bahkan muncul isu bahwa di belakang Ki Alim Demak adalah orang Yogya.

Sura Geni dan Jaga Taruna eksekutor hukuman, baru menyadari bahwa Ki Alim Demak kemungkinan tidak bersalah, setelah hukuman dijalankan. Keduanya lalu meletakkan jabatan. Sura Geni bergabung di Kasultanan dan Jaga Taruna di Mangkunegaran. Bergabungnya Sura Geni menimbulkan dendam Sisip dan Sembir. Keduanya pernah dihajar Sura Geni, sekarang telah menjadi atasannya. Sisip memilih meninggalkan Kasultanan dan bergabung dengan Bagus Kuda, pemberontak yang bercita-cita dapat mengusir Belanda dan menyatukan orang Jawa. Sedangkan Sembir tetap bertahan, tetapi berharap suatu saat bisa membalas sakit hatinya pada Sura Geni.

Di lain pihak, Jaga Taruna mendapat tugas untuk menyerang Kasultanan Yogya. Hal ini disebabkan Kanjeng Ratu Bendara (anak sultan HB 1/Istri Mangkunegara) lari dari Mengkunegaran dan kembali ke Kasultanan. Peristiwa ini dianggap sebagai tanda bahwa Sultan HB 1 siap menyerang Mangkunegaran yang sejak lama bersaing dalam perbutan atas bumi Mataram. Jaga Taruna baru sadar bahwa ia diperalat setelah mendapat penjelasan dari Tumenggung Sasranegara, bahwa persoalan Kanjeng Ratu Bendara hanyalah perkara rumah tangga yang sudah tidak harmonis, bukan perkara Negara. Lalu Jaga Taruna memilih bergabung dengan Kasultanan.

Jaga Taruna di Kasultanan Yogya hanya sebentar. Ia tidak tahan dengan perlakuan Sura Geni yang sekarang menjadi atasannya. Ia memilih bergabung dengan Bagus Kuda. Jaga Taruna jelas diterima oleh Bagus Kuda karena menambah kekuatan. Ternyata Bagus Kuda telah berubah sikap, tidak sekedar ingin merukunkan orang Jawa, tetapi ingin menjadi raja. Sayang gagal, ia tertangkap sebelum Jumenengan.

Bagus Kuda yang ingin merukunkan orang Jawa, berubah menjadi ingin berkuasa. Sura Geni menjadi sombong setelah kekuasaan diperoleh. Jaga Taruna rela pindah-pindah tempat mengabdi untuk mendapat kekuasaan meskipun gagal. Sisip harus mati demi mengejar kekuasaan. Sembir pun tega membunuh Sisip untuk mendapat jabatan lebih tinggi, kekuasaan yang lebih besar. Mereka bukan petinggi, tetapi gila kekuasaan. Gila kekuasaan memang bukan monopoli pejabat tinggi.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya