Pementasan Bunga Penutup Abad Sukses Digelar di Bandung

Posted : 11 Mar 2017

Setelah sukses digelar di kota Jakarta selama tiga hari berturut-turut dihadiri sekitar 1,573 penonton pada akhir Agustus 2016 lalu, pementasan teater yang diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer bertajuk ‘Bunga Penutup Abad’ kembali digelar Titimangsa Foundation bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation untuk kali kedua bertempat di kota kembang Bandung tepatnya di Teater Tertutup, Taman Budaya Jawa Barat tanggal 10-11 Maret 2017.

Seperti halnya pementasan perdana, penjualan tiket pementasan teater ‘Bunga Penutup Abad’ yang kedua ini juga laku keras sejak penjualan tiket mulai dibuka. Tentunya ini menggembirakan pihak Titimangsa Foundation selaku penyelenggara serta membuktikan animo tinggi dari para penggemar seni sastra dan teater khususnya di kota Bandung dan sekitarnya. Kaget sekaligus bahagia, respon dan antusiasme yang sangat besar dari masyarakat membuat tiket pertunjukan ‘Bunga Penutup Abad’ ini terjual habis dalam waktu yang sangat singkat.

“Melihat pentas ‘Bunga Penutup Abad’ di Jakarta yang kami nilai sangat sukses dimana kami sampai harus menambah hari pementasan karena besarnya animo masyarakat, serta adanya dorongan dari beberapa penggemar seni sastra dan teater terutama penggemar sastrawan Pramoedya Ananta Toer diluar kota, maka kami memberanikan diri untuk menggelar kembali pementasan ‘Bunga Penutup Abad’ untuk kedua kalinya, bertempat di kota Bandung agar dapat dinikmati oleh masyarakat kota Bandung dan Jawa Barat secara umum. Dan yang tak kami sangka, ternyata penjualan tiketnya pun sudah sold out hanya dalam tempo 3 hari!. Sungguh ini menjadi semangat kami untuk berlatih lebih keras dan maksimal agar tidak mengecewakan para penonton yang sudah membeli tiketnya. Kami pun mengucapkan terimakasih atas dukungan positif dari masyarakat terhadap pementasan ini”, terang Happy Salma, Founder Titimangsa Foundation yang juga berperan sebagai Produser serta berlakon sebagai Nyai Ontosoroh dengan sumringah.

Sebagai pelaku seni, Happy Salma yang telah dikenal dengan kontribusinya dalam mendukung perkembangan dan melestarikan seni budaya Indonesia, merasa terhormat dapat mengangkat novel maestro sastra Indonesia ke dalam format pentas teater. Diutarakan Happy, “Target saya secara pribadi adalah mempopulerkan sastra, dimana penontonnya dari segala usia, profesi, dan generasi. Karenanya, pemilihan pemain dan sudut pandang cerita yang diambil adalah concern saya”. Melalui pementasan ini, Happy berharap para penonton yang belum akrab dengan buku sastra akan menjadi akrab dan mulai memburu karya-karya sastra Indonesia.

Pada pementasan yang kedua, Bakti Budaya Djarum Foundation juga masih setia memberikan dukungan penuhnya. “Dari awal kami sudah optimis bahwa pementasan teater ‘Bunga Penutup Abad’ akan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat pecinta seni sastra dan teater khususnya di kota Bandung, dan ternyata benar terbukti. Kesuksesan bukan tak mungkin diraih karena pementasan ini merupakan hasil eksplorasi dan penafsiran yang digali oleh para kreator untuk menampilkan adaptasi yang berbeda di atas panggung, serta kepiawaian para pemain yang mampu menjiwai karakter dengan sangat maksimal. Kharisma Reza Rahadian, Happy Salma, Chelsea Islan dan Lukman Sardi telah berbaur sempurna dengan karakter yang diperankannya sehingga mereka patut diacungi jempol atas kerja kerasnya. Dan kami percaya pementasan yang kedua juga akan diapresiasikan dan memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya”, ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Bunga Penutup Abad ini berkisah mengenai kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh yang khawatir mengenai keberadaan Annelies, mengutus seorang pegawainya untuk menemani kemana pun Annelies pergi, bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman. Kehidupan Annelies sejak berangkat dari pelabuhan Surabaya dikabarkan oleh Panji Darman melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyai Ontosoroh. Surat-surat itu bercap pos dari berbagai kota tempat singgahnya kapal yang ditumpangi Annelies dan Panji Darman. Minke selalu membacakan surat-surat itu pada Nyai Ontosoroh. Surat demi surat membuka sebuah pintu nostalgia antara mereka bertiga, seperti ketika pertama kali Minke berkenalan dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, bagaimana Nyai Ontosoroh digugat oleh anak tirinya sampai akhirnya Annelies harus dibawa pergi ke Belanda berdasarkan keputusan pengadilan putih Hindia Belanda.

Cerita berakhir beberapa saat ketika Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta izin pada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia melanjutkan sekolah menjadi dokter. Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang dilukis oleh sahabatnya Jean Marais. Minke memberi nama lukisan itu, Bunga Penutup Abad.

"Mengangkat novel karya sastrawan besar Indonesia ke atas panggung memiliki tantangan tersendiri dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya dicoba untuk mengadaptasi Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa sehingga menjadi satu naskah yang utuh. Sukses di pementasan pertama membutkikan bahwa para pemain sangat berkomitmen untuk menampilkan kemampuan maksimal mereka di atas panggung meskipun beberapa belum terbiasa bermain teater yang dibuktikan dengan komentar positif dari penonton serta ulasan yang sangat baik di media massa. Untuk itu saya sangat mengapresia kerja keras mereka. Dan untuk pementasan kedua, kami pun akan tetap latihan intensif agar dapat memberikan penampilan yang seharusnya lebih baik dari yang pertama,” ujar Wawan Sofwan, sutradara pementasan ‘Bunga Penutup Abad’.

Pementasan ini juga masih diperankan oleh para pemain yaitu Reza Rahadian sebagai Minke, Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, Lukman Sardi sebagai Jean Marais, Chelsea Islan sebagai Annelies. Serta didukung oleh orang-orang yang berdedikasi di bidangnya yaitu  Iskandar Loedin (pimpinan Artistik), Deden Jalaludin Bulqini (penata multimedia), Ricky Lionardi (penata musik) dan Deden Siswanto (penata kostum).

Pementasan teater ‘Bunga Penutup Abad’ ini turut didukung oleh media partner: Harian Pikiran Rakyat, Radio Ardan FM dan Radio OZ FM. Titimangsa Foundation sangat berterima kasih kepada seluruh calon penonton yang telah membeli tiket, sekaligus menginfokan bahwa tiket pertunjukan ‘Bunga Penutup Abad’ di bandung telah terjual habis.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya