PostFest Institut Kesenian Jakarta : Semangat Gotong Royong

Posted : 11 Aug 2017

PostFest Institut Kesenian Jakarta yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada tanggal 28 Juli sampai dengan 11 Agustus 2017. 

Setelah berjalan delapan tahun dengan 11 angkatan, Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta akhirnya menggelar sebuah festival akbar kesenian berbasis pendidikan tinggi kesenian. Lahir dari dinamika tukar pikiran di antara civitas academica Pascasarjana IKJ, festival yang disebut sebagai PostFest Pascasarjana IKJ ini melibatkan setidaknya lima institusi pendidikan tinggi (Universitas Bina Nusantara, Universitas dr. Moestopo Beragama, Politeknik Media Nusantara, ISI Padangpanjang, ISI Surakarta, selain Sekolah Pascasarjana IKJ sendiri), tiga komunitas seni kreatif (Teater Payung Hitam, Sanggar Sidopakso Kabupaten Banyuwangi bekerja sama dengan komunitas warga Sulawesi selatan di Jawa Timur, Komunitas Urban Cipta), didukung oleh Unit Pengurus Taman Ismail Marzuki. 

PostFest sebagai cerminan hasil lokakarya Program Studi Penciptaan Pascasarjana IKJ dengan demikian bisa disebut sebagai praktik sociopreneurship, wirausaha sosial, di bidang kesenian. Itu sebabnya PostFest Pascasarjana IKJ ini bukan saja meluaskan jaringan ke luarkampus  Pascasarjana IKJ, melainkan lebih luas lagi, keluar dari dinding-dinding kampus pendidikan tinggi seni. 

Dengan visi seperti itu, PostFest Pascasarjana IKJ 2017 kali ini menampilkan beragam ide dan ekspresi seni; bisa berwujud seni pertunjukan (bisa teater, seni musik, tari, film), seni rupa, atau gabungan dari semuanya. Dan bukan hanya produk yang hendak diangkat oleh PostFest, melainkan juga proses kreativitas itu sendiri.

Itu semua diharapkan tercermin dari Zona Abu-abu: “Dari Kita Untuk Kita”, sebuah pertunjukan kolaborasi dari Universitas Moestopo; dari Nyanyian Bumi, pertunjukan musik yang digarap secara multimedia oleh Sanggar Sidopakso, Banyuwangi; atau atraksi Kampuang Tangah, pertunjukan memasak dan makan bersama oleh ISI Padangpanjang. Sedangkan dari ISI Surakarta koreografer Eko Supriyanto menyajikan karya mutakhirnya, Balabala: sebuah karya bertolak dari, antara lain, tari tradisi di Jailolo, Halmahera Barat, Maluku.

Juga,  ada Street Pass Reborn, Dance Championship, suatu pertunjukan tari dan lomba tari kelompok segala gaya, musik Beat Box, perkusi, pameran foto dan pertunjukan melukis grafiti oleh Ladies on Wall. Pengisi acara ini antara lain Boogie dan komunitas Cipta Urban. Keragaman seperti itu juga akan disajikan oleh mahasiswa Politeknik Media Nusantara. Menjuduli pertunjukannya sebagai Polimedia Camp, yang disajikan bergam: musik, fesyen, mural, fotografi, desain grafis, cosplay, virtual reality.

Adalah kelompok Teater Payung Hitam dari Bandung ikut berpartisipasi dengan Black Out, suatu teater tubuh yang merefleksikan kembali orang-orang yang “dihilangkan”, termasuk Munir yang diracun dan tewas dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam, oleh kekuasaan. Sajian ini disutradarai oleh Rahman Sabur.

Masih dalam atmosfir seni pertunjukan, dihadirkan pula pertunjukan fesyen dengan tema Greyzone oleh para desainer dan seorang penari. Sementara itu Pasca IKJ juga menyumbangkan pertunjukan kolaborasi musik, tari, dan teater.

Agak berbeda dengan seni pertunjukan, pameran seni rupa memilih mengetengahkan yang berkaitan dengan tugas akhir. Sejumlah karya dari beberapa mahasiswa Program Studi Penciptaan dihadirkan di Galeri Cipta II dan III. Karya rupa sangat beragam: dari lukisan, gambar,karya foto, patung, karya instalasi, seni video, dan yang bisa digolongkan sebagai seni konsep. Segagasan dengan seni rupa, adalah pemutaran film tugas akhir, antara lain film yang merekam pementasan teater oleh para pasien rumah sakit jiwa. Teater itu sendiri “dimasukkan” ke rumah sakit oleh seorang mahasiswa sebagai bagian dari terapi.

Adapun Program Studi Pengkajian Pascasarjana IKJ diwakili dalam PostFest ini lewat seminar bertema fesyen. Antara lain seminar tentang branding dan teknologi dalam fesyen; tentang ekosistem industri fesyen. Sebuah grup diskusi akan membincangkan perihal nomenklatur pendidikan tinggi fesyen.

Semoga melalui kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya