Produksi Ke-150 Teater Koma Melawan Siluman Barat Akhiri Rangkaian Kisah Sie JIn Kwie

Posted : 19 Nov 2017

Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggelar pementasan terbarunya yang bertajuk Sie Jin Kwie - Melawan Siluman Barat yang dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki 10 - 19 November 2017. Pagelaran Teater Koma kali ini merupakan lanjutan dari lakon-lakon Sie Jin Kwie yang sebelumnya, berawal dari lakon Sie Jin Kwie (2010), Sie Jin Kwie Kena Fitnah (2011) dan Sie Jin Kwie Di Negri Sihir (2012). Lakon keempat ini menutup kisah Sie Jin Kwie Ceng See atau Sie Jin Kwie Menyerbu Ke Barat, yang adaptasi oleh Nano Riantiarno dari novel karya Lokoanchung dan Tiokengjian.

“Lakon terbaru Teater Koma yang berjudul Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat ini  mengajarkan kita tentang sikap kepahlawanan dan pengabdian kepada tanah air dan bangsa. Teater Koma juga menunjukkan pengabdian yang luar biasa untuk seni pertunjukan Indonesia dengan konsisten dalam berkarya dan menggelar pementasan yang menjadi inspirasi bagi kita untuk terus berproses kreatif,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Lakon ini merupakan produksi ke-150 dan juga merupakan pentas besar ketiga dalam rangkaian perayaan hari jadi ke-40 Teater Koma setelah sebelumnya sukses mementaskan Opera Ikan Asin dan Warisan di tahun 2017 ini. Lakon ini mengisahkan tentang menantu Sie Jin Kwie, jenderal wanita Hwan Lie Hoa yang diangkat Raja Li Ti menjadi Panglima Besar Pasukan Tang setelah Sie Jin Kwie gugur di medan perang. Tugasnya, mengalahkan Jenderal Souw Po Tong dan menaklukkan Tartar Barat yang dibantu para siluman dan Dewa Jahat. Para Dewa Baik pun turun mendukung Pasukan Tang.

“Lima tahun berlalu sejak pementasan Sie Jin Kwie Di Negri Sihir dimana Sie Jin Kwie kalah dan dan menemui ajal, namun bagi saya, rasanya Sie Jin Kwie belum selesai, karena musuh besarnya, Souw Po Tong, belum juga mati. Bagaimanapun lakon ini, diselesaikan hingga Kerajaan Tang tidak punya musuh lagi di Tartar Barat. Maka, sesudah lima tahun, kami mencoba mementaskan lakon ini dimana anak Sie Jin Kwie, Sie Teng Sang dan menantunya, Hwan Lie Hoa. Keduanya sudah menjadi jenderal dan harus melawan siluman-siluman dan para dewa juga ikut berperang. Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat, adalah lakon yang mustahil. Dan itu terjadi ratusan tahun yang lalu. Mungkin, yang sekarang kita lawan adalah siluman juga. Apa betul yang kita lawan sekarang ini adalah siluman?” ujar Nano Riantiarno yang juga menjadi sutradara.

Pementasan Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat kali ini didukung oleh Idris Pulungan, Tuti Hartati, Budi Ros, Rangga Riantiarno, Ade Firman Hakim, Joind Bayuwinanda, Subarkah Hadisarjana, Daisy Lantang, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Supartono JW, Ratna Ully, Raheli Dharmawan, Dana Hassan, Bayu Dharmawan, Budi Suryadi, Angga Yasti, Suntea Sisca, Andhini Puteri, Adri Prasetyo, Sir Ilham, Sriyatun Arifin, Ina Kaka, Sekar Dewantari, Julung Zulfi, M. Tavip, dan masih banyak lagi.

Lakon Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat ini menampilkan 22 perang, baik perang besar maupun kecil. Koreografi peperangan ini ditangani oleh Sentot S dan Djoko SS. Mereka mengajarkan para aktor Teater Koma, agar bisa melaksanakan peperangan. Fero A. Stefanus, menggarap 23 lagu dalam lakon ini dengan arahan instruktur vokal Naomi Lumban Gaol. Segala jenis musik Tiongkok akan menjadi musik penghantar peperangan yang akan diiringi oleh Sekolah Musik Miladomus.

Sedangkan untuk kostum tetap akan menggunakan batik menjadi bagian yang utama dalam kostum yang didesain oleh Rima Ananda bersama tata rias dan rambut garapan Sena Sukarya dibantu konsultan tata rias dan rambut Subarkah Hadisarjana dengan dukungan PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan skenografi dan tata cahaya panggung besutan Taufan S. Chandranegara.

Lakon ini juga mendapat sentuhan tata grafis Saut Irianto Manik. Semua didukung oleh pimpinan panggung Ariffano Marshal, pengarah teknik Tinton Prianggoro serta pimpinan produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan co-sutradara Ohan Adiputra dan sutradara N. Riantiarno.

Selain mendukung pertunjukan, Bakti Budaya Djarum Foundation juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak 200 pekerja seni teater, guru, dan mahasiswa di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya