Lab Teater Ciputat Mempersembahkan Pertunjukan Berjudul XQM4GZ

Posted : 27 Jul 2018

Lab Teater Ciputat didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sukses mempersembahkan sebuah pertunjukan yang memiliki tema milenial dan kalangan menengah. Pertunjukan ini berjudul XQM4GZ, sebuah karya yang terlahir dari embrio pertunjukan tahun lalu di bulan Desember bertempat di Kandang Jurank Dik Doank. Pada awalnya, pertunjukan ini memiliki judul “XXQ4YZ” namun seiring perkembangan proses, berkembanglah menjadi “XQM4GZ”. Pertunjukan digelar pada 30 Juni 2018 di Gedung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau dan pada 27 Juli 2018 di Aula Student Center Universitas Islam Negeri Jakarta.

Tentunya banyak yang bertanya-tanya mengenai makna dan korelasi dengan pertunjukan yang disajikan. Judul ini dipilih berdasarkan pengalaman sutradara mengenai kode-kode yang ada di aplikasi tertentu untuk tujuan verifikasi atau hal lainnya, padahal saat itu ia dalam kondisi terdesak dan sutradara tidak paham mengapa harus ada prosedur dan mekanisme seperti itu. Jelasnya tanda kecil itu menjadi titik ketidakmengertianya mengenai lesatan perubahan dunia virtual. Judul tersebut hanya menjadi symbol kerumitan saja.

Selain dalam ranah judul yang berkembang, maka mengenai ide, tema, pembahasan, pengadeganan pun turut berkembang. Dalam pertunjukan “XQM4GZ” lebih menekankan pada representasi kritik terhadap kaum menengan era sekarang. Kalangan menengah yang dimaksud ialah kalangan yang terpelajar yang mampu mengubah bangsa menjadi lebih baik lagi, kalangan yang memiliki potensi dan kemampuan untuk membawa masyarakat ke arah yang baik, yang memiliki pengaruh besar untuk masayarakat. seperti contohnya kalangan intelektual, politikus, seniman, dokter, perawat, arsitek, dan sebagainya.

“XQM4GZ”  berbincang mengenai kalangan menengah yang tidak mampu merumuskan rencana, tidak mampu bersatu dan duduk bersama, sehingga pada akhirnya rakyat bingung. Kalangan menengah ini artinya dapat memberi ruang kekuasaan kepada elit politik, elit ekonomi, namun karena mereka terlalu banyak diganggu kepentingan pragmatis, sehingga pada akhirnya mereka hanya mampu melahirkan elit-elit yang tidak bermutu. Kalau kalangan menengahnya bermutu maka akan melahirkan kalangan elit yang bermutu, jika kalangan menengahnya tidak bermutu maka akan melahirkan elit yang tidak bermutu juga. Ibaratnya, kalangan menengah ini yang melahirkan pemimpin. Bagiamana seharusnya kalangan menengah dapat berbuat banyak untuk masyarakat. Itu yang menjadi garis bawah dari pertunjukan ini. Kalaupun elit politik didukung dengan kalangan menengah yang waras, maka akan terjaga kebijakan-kebijakannya, kalau kalangan menengahnya tidak waras, yang tejadi hanyalah saling sikut saja, jadi kusut.

Realitasnya kaum intelektual dan kaum menengah saat ini mudah sekali dalam membuat suatu kesimpulan atau suatu penilaian. Bukankah seharusnya kaum intelektual dan menengah mampu menimbang-nimbang dan merenungi jauh lebih dalam atas suatu hal, namun yang terjadi saat ini ialah membuat suatu kesimpulan dan memaksa masyarakat umum untuk mengamininya.

Inilah yang dijadikan pesan dan perspektif dalam pertunjukan. Aktor-aktor mewakili kalangan menengah. Mewakili suatu profesi tertentu yang terhitung kalangan menengah. Pertunjukan ini disutradarai oleh Bambang Prihadi dan diperankan oleh 4 aktor diantaranya Washadi, Ale Utsman, Eko Yudi Prast dan Sarah Surachman. serta didukung oleh tim produksi yang dipimpin oleh Yusuf M. Hidayat.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya